Hai Teman Tentrem, setelah minggu lalu kita membahas tentang kepanjangan dari singkatan, sekarang kita akan membahas beberapa istilah dalam soapmaking.
Kalau kita nonton video tutorial ataupun membaca forum, kita akan ketemu dengan istilah-istilah ini. Ada beberapa hal yang cukup tahu aja, dan ada juga beberapa hal yang perlu betul-betul dipahami karena akan berpengaruh langsung pada sabun kita.
Langsung aja yuk kita cek satu per satu.
–
1️⃣ % of oil weight
Saat bikin sabun, hal pertama yang kita tentukan adalah seberapa banyak minyak yang akan kita gunakan. Lalu, bahan lain akan dihitung berdasarkan berat minyak tersebut. ‘% of oil weight’ adalah cara menghitung berat air pada larutan soda api/lye water, berdasarkan berat minyak.
Pada kalkulator sabun, pengaturan default ‘% of oil weight’ adalah 38%. Berarti, air yang digunakan adalah 38% dari minyak. Jika kita menggunakan 100 g minyak, maka kita menyiapkan air sebanyak 38 g. Selanjutnya, kalkulator sabun akan menghitungkan jumlah soda api yang dibutuhkan.
Aku nggak menyarankan cara ini karena hasilnya nggak konsisten. Air sebaiknya dihitung berdasarkan hubungannya dengan soda api, bukan dengan minyak. Daripada ‘% of oil weight’, aku pribadi memilih menghitung berat air menggunakan ‘lye concentration’ atau ‘water : lye ratio’.
2️⃣ Curing
Adalah penjemuran sabun di tempat sejuk dan kering yang umumnya dilakukan selama 4-6 minggu. Sabun yang baru selesai dibuat masih mengandung banyak air sehingga cenderung lembek dan mudah larut. Tujuan dari curing adalah menghilangkan berat air pada sabun supaya sabun lebih padat dan pemakaiannya tahan lama.
Sabun dengan kandungan hard oil tinggi umumnya butuh waktu curing yang lebih singkat, dibanding sabun dengan kandungan soft oil tinggi seperti bastille (≥70% olive oil) ataupun castile (100% olive oil).
Banyak misinformasi tentang curing yang mengatakan bahwa sabun harus dijemur sampai 4 minggu karena masih mengandung soda api. Aku mau meluruskan bahwa soda api pada sabun cold process akan menghilang sepenuhnya dalam 2-3 hari.
3️⃣ Fatty acid
Fatty acid atau asam lemak adalah komponen penyusun minyak, yang akan mempengaruhi sifat sabun. Fatty acid terbagi dua yaitu saturated (lemak jenuh) yang berbentuk padat dan unsaturated (lemak tak jenuh) yang berbentuk cair.
Sabun yang baik punya kombinasi fatty acid yang seimbang. Ada 8 fatty acid yang perlu kita tahu, yaitu saturated fatty acid yang terdiri dari: myristic, lauric, palmitic, dan stearic. Serta unsaturated fatty acid yang terdiri dari: ricinoleic, oleic, linoleic, dan linolenic.
8 fatty acid ini berpengaruh pada sifat sabun atau properti sabun yakni hardness (kepadatan), cleansing (tingkat membersihkan), condition (kelembapan), bubbly (tingkat busa), creamy (kelembutan), dan longevity (ketahanan).
4️⃣ Gel phase
Adalah bagian dari proses saponifikasi sabun yang mempengaruhi penampilan sabun. Gel phase tidak mempengaruhi fungsi dan hanya berpengaruh pada estetika. Sabun yang melalui fase ini akan tampak lebih bening dan terang.
Pada sabun hot process, gel phase akan selalu dicapai saat sabun ‘dimasak’. Sedangkan pada sabun cold process, gel phase hanya bisa terjadi jika suhu sabun di dalam cetakan naik mencapai ±82° C.
Beberapa soapmaker memaksakan gel phase terjadi dengan melakukan metode CPOP (Cold Process Oven Process). Pada CPOP, sabun yang telah dituang dalam cetakan dimasukkan ke dalam oven hangat (dalam posisi off) selama 12-24 jam. Di sisi lain, ada juga soapmaker yang secara sengaja menghindari gel phase untuk mendapatkan warna pastel.
5️⃣ Lye concentration
Adalah kadar kepekatan soda api pada lye water. Umumnya, soapmaker menggunakan konsentrasi atau kepekatan soda api sebesar 30-33%. 30% ‘lye concentration’ berarti lye water tersusun dari: 30% soda api dan 70% air. Sebagai contoh, 100 g lye water tersusun dari 30 g soda api dan 70 g air.
Jika ingin membuat desain swirl yang cukup rumit, kita bisa menggunakan 29% ‘lye concentration’. Nilai maksimal ‘lye concentration’ adalah 50%. Makin tinggi kepekatan soda api, waktu curing semakin singkat, tetapi adonan sabun pun semakin cepat kental.
6️⃣ Lye discount
Bisa dipertukarkan dengan istilah superfat. Lye discount berarti mengurangi % soda api pada resep sabun untuk menghasilkan minyak tertinggal (superfat/SF). Tujuannya memastikan sabun aman digunakan serta membuat sabun lebih lembap dan lembut.
7️⃣ Rebatch
Sering juga disebut milling, adalah metode pembuatan sabun menggunakan sabun yang sudah jadi ataupun potongan sabun sisa. Prosesnya adalah memarut sabun yang sudah dibuat sebelumnya, mencairkannya, menambah bahan lain sesuai keinginan, lalu memasukkannya kembali ke dalam cetakan. Sabun rebatch hanya butuh waktu curing ±2 minggu.
Metode ini biasa dilakukan untuk memanfaatkan sabun sisa dan sabun gagal; misalnya sabun yang kelebihan soda api, sabun yang kaku akibat fragrance oil tertentu, ataupun sabun yang tetap lembek walaupun sudah di-curing. Tujuannya supaya sabun-sabun tersebut mendapatkan kesempatan kedua dan nggak dibuang sia-sia.
8️⃣ Superfat
Istilah ini lebih sering digunakan dibanding lye discount. Superfat adalah minyak tertinggal pada sabun yang terutama berfungsi sebagai pengaman, untuk memastikan semua soda api habis tanpa sisa. Fungsi yang kedua adalah memberi kelembapan dan kelembutan ekstra. Soapmaker umumnya menggunakan 3-7% SF, dan hingga 20% pada resep tertentu.
Pada sabun hot process, superfat bisa dimasukkan di akhir saat proses saponifikasi sudah selesai. Jadi, kita bisa menentukan SF yang akan dipakai, misalnya olive oil, shea butter, dst.
9️⃣ Syndet
Adalah singkatan dari synthetic detergent. Syndet bar punya pH (6-7) yang lebih rendah dibanding sabun, maka umumnya digunakan sebagai alternatif dari shampoo cair komersial. Untuk keramas, mayoritas orang dengan kulit kepala sensitif lebih cocok memakai syndet bar, dibanding memakai sabun batang yang punya pH 8-10.
Jika memakai syndet bar, pilih deterjen ataupun surfaktan yang lembut seperti Sodium cocoyl isethionate (SCI) dan Cocamidopropyl betaine (CAPB). Kedua deterjen tersebut berbahan dasar minyak kelapa yang tergolong aman bagi ekosistem laut.
🔟 Trace
Trace adalah jejak dari tetesan adonan sabun. Saat kita mengaduk adonan sabun dengan stick blender, minyak dan lye water akan bercampur dan mengemulsi, lalu kita akan sampai pada light trace atau jejak tipis; tampilannya seperti adonan cake yang cair.
Jika adonan terus diaduk, kita akan mengalami medium trace atau jejak sedang; tampilannya seperti adonan cake yang agak kental. Selanjutnya kita akan sampai pada thick trace atau jejak kental; tampilannya seperti yoghurt.
Ada juga istilah false trace, yang bisa terjadi pada suhu dingin/suhu ruang di bawah 25° C. Pada kondisi false trace, hard oil pada adonan sabun memadat saat diaduk. Adonan seolah menjadi kental padahal sebetulnya belum mencapai emulsi. Solusinya adalah terus mengaduk sampai adonan kembali cair. Tapi, kondisi ini hampir nggak mungkin dialami kita yang tinggal di iklim tropis.
1️⃣1️⃣ Unsaponifiable
Adalah bagian dari minyak yang nggak bisa tersaponifikasi; yaitu kompenen minyak selain trigliserida. Minyak yang nggak tersaponifikasi ini akan menjadi minyak tertinggal (superfat/SF) di dalam sabun. Jenis minyak dengan unsaponifiable tinggi adalah shea butter dan avocado oil. Jika menggunakan dua bahan ini, kita akan mendapatkan ekstra superfat.
Misalnya kita membuat resep sabun dengan 5% superfat dan di resep tersebut kita menggunakan shea butter serta avocado oil dalam jumlah cukup banyak. Maka, sabun akan mengandung 5% SF dan tambahan SF dari unsaponifiable.
1️⃣2️⃣ Water : lye ratio
Adalah cara menghitung berat air dibandingkan dengan berat soda api yang digunakan. Misalnya pada sebuah resep sabun, kita menggunakan ‘water : lye ratio’ sebesar 2 : 1. Berarti berat air yang kita gunakan adalah 2x dari berat soda apinya. Contoh, jika kita membutuhkan 50 g soda api, maka air yang kita siapkan adalah 2×50 = 100 g air.
Rasio ini ditentukan tergantung kebutuhan. Jika membuat sabun cold process dengan desain swirl, maka adonan sabun dibuat lebih cair, bisa menggunakan rasio 2.4 : 1 atau 2.7 : 1. Sedangkan jika membuat sabun dengan 1 warna, rasio 2 : 1 atau 1.5 : 1 sudah cukup. Makin kecil rasio air dibanding rasio soda api, waktu curing akan semakin singkat.
1️⃣3️⃣ Zap Test
Zap test atau tongue test dalah tes manual untuk mengecek apakah sabun sudah aman digunakan. Jangan kaget ya, caranya adalah dengan membasahi jari telunjuk, mengusapkannya pada sabun, lalu menyentuh ujung jari tersebut ke ujung lidah. Kalau langsung terasa ada sensasi sengatan mengagetkan; juga seperti sengatan listrik statis atau baterai, berarti masih ada sisa soda api dalam sabun.
Kalau setelah beberapa saat kamu baru merasakan sesuatu di lidah, kemungkinan besar kamu mencecap rasa sabun itu sendiri; hambar, sedikit bau logam, pahit dan juga asam.
Segera meludah, berkumur, dan cuci tangan setelah melakukan zap test.
Untuk sabun cold process, zap test bisa dilakukan 2-3 hari setelah sabun dimasukkan dalam cetakan. Sedangkan untuk hot process, zap test bisa dilakukan saat sabun selesai dimasak atau setelah mencapai gel phase. Kalau kamu masih ragu, gunakan pH strip atau pH meter.
–
Di lain waktu, kita akan bahas lebih mendalam tentang hal penting seperti superfat, fatty acid, gel phase, ‘% of oil weight’, ‘lye concentration’, dan ‘water : lye ratio’; terutama 3 istilah terakhir!
Selama aku mempelajari tentang soapmaking, istilah ‘% of oil weight’, ‘lye concentration’, dan ‘water : lye ratio’ adalah hal yang paling membingungkan dan yang paling sering bikin salah paham. Kapan-kapan akan kita kupas tuntas sampai ke akar.
Cukup banyak juga ya istilah dalam soapmaking. Minimal sekarang kamu udah familiar, dan jangan khawatir pelan-pelan kamu bakal terbiasa dengan istilah-istilah di atas.
Leave a Reply