Di abad ke-21 ini, mandi adalah ritual sehari-hari dan sabun pun sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok. Kalau kita tengok ke masa lalu..
Sebelum sabun ditemukan, orang di berbagai belahan dunia membersihkan diri dengan cara bervariasi: menggunakan air, pasir, tanah liat, dan abu kayu, dengan cara digosok-gosok pada tubuh. Juga menggunakan essential oil, parfum, tepung beras, tepung jagung, kayu manis, serta kapur sirih.
Ditemukannya sabun memberikan cara yang lebih efektif dan praktis untuk membersihkan tubuh karena sabun bisa mengangkat kotoran sekaligus minyak dengan baik. Bayangkan kalau kita harus hidup tanpa sabun. Beruntungnya kita hidup di saat ini, dimana sabun sudah menjadi barang umum.
Nah, gimana ya sebetulnya asal usul sabun? Yuk kita cerita tentang sabun.
–
Ada 2 legenda kuno yang terkenal tentang asal usul sabun. Kisah pertama berasal dari lereng Gunung Sapo, tempat orang Romawi Kuno melakukan pembakaran hewan kurban. Sisa pembakaran berupa abu dari kayu, bercampur dengan lemak hewan membentuk semacam sabun primitif yang mengalir ke sungai, dan penduduk setempat menemukan bahwa cucian mereka menjadi lebih bersih. Nama latin sabun, yaitu sapō, diceritakan diambil dari nama Gunung Sapo.
Legenda kedua bercerita tentang Sabun Manna dari Mesir Kuno, saat Ramses memerintahkan pembuatan wadah besar untuk menampung minyak zaitun. Ketika hujan, minyak tersebut bercampur dengan abu dari kayu yang dipakai untuk pembuatan wadah, kemudian mengalir ke sungai Nil. Penduduk yang mencuci pakaian menyadari bahwa muncul busa yang membuat pakaian lebih mudah dibersihkan.
Sedangkan bukti tertulis yang tertua tentang pembuatan sabun berasal dari Babilonia sekitar 2800 SM, menjelaskan tentang bahan baku pembuatan sabun yang terdiri dari air, alkali, dan minyak cassia.
Pada 1500 SM, sabun mulai dikenal bangsa Mesir Kuno dan Sumeria. Mereka membuat sabun menggunakan campuran minyak nabati ataupun lemak hewan dan abu kayu. Metode ini kemudian menyebar ke Romawi Kuno serta Yunani.
Pada abad ke-9 (Abad Pertengahan), sabun diproduksi secara komersial di Aleppo (Suriah) – Aleppo Soap yang terbuat dari olive oil dan laurel oil, di Fes (Maroko) – Morrocan Black Soap yang terbuat dari olive oil, dan di Marseille (Prancis) – Savon de Marseille yang terbuat dari pomace olive oil.
Di abad ke-13, pada periode penaklukan Bangsa Moor di Spanyol, teknik pembuatan sabun mulai diperkenalkan di Eropa. Di abad ke-17, industri sabun berkembang di Prancis, Inggris, serta Jerman.
Sabun menjadi komoditas perdagangan bernilai tinggi dan pembuatan sabun berkembang menggunakan bahan baku yang bervariasi, sesuai ketersediaan sumber daya. Mediterania menggunakan olive oil untuk membuat Castile Soap, sementara daerah Eropa Utara menggunakan lemak hewan.
Pada abad ke-20, setelah Perang Dunia I terjadi kelangkaan minyak nabati dan lemak hewan untuk pembuatan sabun. Ilmuan kemudian menciptakan deterjen sintetis sebagai alternatif dari sabun.
Deterjen sintetis dapat membersihkan kotoran, menghasilkan busa yang baik, dan dapat digunakan pada berbagai kondisi air. Sayangnya, nggak semua jenis deterjen ramah untuk lingkungan. Mayoritas produk pembersih komersial menggunakan deterjen keras (untuk memaksimalkan profit), yang berdampak kurang baik bagi ekosistem laut.
Kabar baiknya, saat ini ada jenis deterjen lembut yang dikembangkan menggunakan sumber daya terbarukan, tanpa sulfat, dan tanpa bahan dasar berbasis petroleum/minyak bumi. Deterjen ini bersifat biodegradable atau dapat terurai alami, sehingga nggak menjadi limbah di perairan.
Kelompok Betaine, Glucamide, Glutamate, Glycinate, Isethionate, Sarcosinate, dan Taurate adalah deterjen lembut yang aman untuk lingkungan.
–
Kini, ada berbagai jenis sabun dan deterjen yaitu sabun batang, sabun cair, deterjen bubuk, dan deterjen cair, yang disesuaikan untuk berbagai kebutuhan: mandi, mencuci pakaian, atau membersihkan permukaan.
Sebagai konsumen, kita punya kebebasan untuk menentukan sabun yang kita pakai sehari-hari. Trend menunjukkan bahwa kesadaran untuk menggunakan produk eco friendly semakin meningkat, dan saat ini produk ramah lingkungan pun mudah didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau.
Kalau Teman Tentrem ingin membeli deterjen komersial yang ramah lingkungan, jangan lupa untuk cek label ingredientsnya. Berikut beberapa jenis deterjen lembut yang biodegradable: CAPB (Cocamidopropyl Betaine), Coco Glucoside, Decyl Glucoside, SMC Taurate (Sodium Methyl Cocoyl Taurate), SCI (Sodium Cocoyl Isethionate), SLSa (Sodium Lauryl Sulfoacetate), DLS (Disodium Laureth Sulfosuccinate), dan lainnya bisa langsung cek di google.
–
Referensi:
Britannica: Soap and Detergent
Leave a Reply